Written By: Rifky Ramdhoni
Para orientalis dan munafikin berpropaganda bahwa dengan memegang teguh Islam menghalangi manusia mencapai kemajuan. Paling tidak ada dua sebab mereka berkata demikian.
Pertama adalah mereka ingin menyembunyikan kegemilangan dan kesuksesan peradaban Islam agar menjauhkan Islam dari ummatnya. Padahal mereka mengetahui bahwa Islam akan mengantarkan kepada kejayaan. Dengan jauhnya atau bahkan tercerabutnya Islam dari ummatnya maka akan mencegah ummat mencapai kesuksesan. Maka peradaban barat tetap berkuasa di dunia. Mereka ingin menjadikan ummat islam inferior dengan lupa terhadap sejarahnya sendiri. Padahal Allah sendiri menjanjikan keberuntungan dan kesuksesan bagi orang-orang beriman.
Kedua adalah bahwa mereka mengambil pelajaran dari Dark Ages (masa kegelapan) eropa. Di mana era itu terjadi karena diterapkannya system theocracy –kristen sebagai satu-satunya petunjuk jalan dalam setiap bidang kehidupan. Hal ini menurut mereka menyebabkan kemandekan dalam berbagai bidang kehidupan, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Christian Bible dianggap sebagai pusat dari seluruh masa kegelapan itu. Dari pengalaman mereka, orang eropa, bahwa agama membawa mereka kepada “gelap”.
Saat eropa banyak mengangap Ilmu pengetahuan dan sebagai sihir, ilmu kedokteran mereka hanya sedikit lebih baik dari tukang jagal, dan buta huruf menjangkiti para raja dan elit eropa, maka di Andalusia sebagai negeri muslim adalah sebaliknya. Tercatat dalam sejarah bahwa saat memasuki jalan-jalan di Andalusia di waktu malam begitu indah terang gemerlap. Bangunan indah seakan menjadi pemandangan di setiap sudut kota. Orang-orang eropa yang menemui kesulitan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu akan datang ke Andalusia untuk mendapatkan pemecahannya. Semua orang berlomba-lomba untuk tinggal di kota metropolitan ini.Turky dianggap sebagai contoh dari gemerlapnya negara muslim yang modern, berhasil meninggalkan ke-kuno-an. Maksud modern orang-orang barat ini terhadap Turki adalah tumbangnya kekhalifahan Utsami dan menjadikan Turki sebagai negara sekuler. Lalu apa yang terjadi setelah Turki menjadi sekuler? Ben Lombardi dari Directorate of Strategic Analysis in the Department of National Defence, Ottawa, Canada, menggambarkan beberapa implikasi dari filosofi politik Ataturk (laknatullah):
�Ataturk also believed that the transformation of Turkey from an Islamic state into a secular republic was essential to the process of modernization. Authority should not, he asserted, rest on its connection to religious faith. The Caliphate and the Shariah, or Moslem holy law, were therefore abolished; education in public schools was to be strictly secular and focused on the pre-Islamic (pre-Ottoman) Turkish past; outward displays of religious faith were prohibited.�[3]
Sudah tak terhitung jumlah kebrutalan dari rezim jahat Attaturk ini terhadap Islam. Pelarangan adzan, pelarangan jilbab, penangkapan orang-orang berjenggot, pelarangan penggunaan bahasa arab, penyiksaan, pembunuhan dan kejadian bejat lainnya.
Pada October 1998, 75 orang mahasiswa ditangkap setelah berpartisipasi dalam demonstrasi di MalatyaUniversity melawan pelarangan jilbab. 51 orang dituntut hukuman mati, karena dianggap mencoba membuang konstitusi sekuler Negara, dan menuntut 15 tahun penjara bagi 24 orang lainnya.
Gulan Intisar Saatcioglu (16 tahun) adalah salah satu orang yang dituntut hukuman mati. Dia dianggap terlibat karena membacakan puisi berjudul Song of Freedom� dalam demonstrasi tersebut. Dua dari saudara perempuannya dan juga ibunya, seorang journalist bernama Huda Kaya, juga menghadapi hukuman mati.
Akibat dari jatuhnya kekhalifahan di Turki, dan turki menjadi negara sekuler, hal ini juga berakibat bukan hanya kepada muslim tapi juga kafir di Turki.
The New York Times melaporkan bahwa menurut statistic terakhir, populasi Kristen di Turki menyusut 4,500,000 pada awal abad ini menjadi hanya sekitar 150,000. Dari jumlah itu, orang Yunani (Greeks) tidak lebih dari 7,000. Dimana sebelumnya pada tahun 1923 jumlah mereka sekitar 1.2 million.�[4]
Berarti kemana jumlah sebanyak sekitar 4,350,000 orang lainnya? Kemana mereka? Sejarah mencatat bahwa Attaturk melakukan pembersihan etnis. Hanya 5 tahun setelah pembunuhan masal terhadap orang Kristen yang terjadi di sana, meletuslah Armenian Genocide. [5] Hal yang insya Allah tidak akan terjadi di dalam naungan Khilafah Islamiyah. Dimana kaum non-muslim akan mendapatkan perlindungan bagai rumah sendiri dari pemerintahan Khilafah Islamiyah.
Opium, sebagai narkotika, yang dimanapun orang beradab berada maka akan mengatakan bahwa opium adalah berbahaya dan merusak. Saat Thaliban berkuasa di Afghanistan maka opium menjadi terlarang, karena memang demikian kedudukannya dalam Islam. Tapi kini barang terlarang tersebut kita menjadi salah satu penghasilan terbesar dari masyarakat Afghanistan. Dalam Undang-Undang yang diterapkan oleh Afghanistan, adu anjing adalah terlarang, karena memang begitulah kedudukannya dalam Islam, tapi kemudian sekarang penyiksaan binatang ini kembali marak. Begitu juga dengan Pornography, kini marak. Apakah ini yang disebut kemajuan? Umbar aurat, narkotika, penyiksaan binatang? Bukankah ini lebih tepat masa jahiliyah?
Dengan Islam, rakyat tidak ditinggalkan setelah pemimpin terpilih. Tidak seperti dalam sistem sekuler, demokrasi, dimana rakyat hanya menjadi alat penghantar menuju kekuasaan yang kemudian dicampakkan. Dalam islam, negara betul-betul menguasai kekayaan alam untuk dipergunakan demi kepentingangan rakyat. Bukan seperti dalam sistem sekuler yang akhirnya atas nama liberalisasi menjual asset negara dan kekayaan negara sehingga dikuasai pihak asing.
Dunia ini adalah ciptaan Allah SWT, dan Dia lah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ketika hukum Allah disingkirkan dan manusia dengan arogannya menggantinya dengan hukum buatan sendiri, hasil karya sendiri, dari kepalanya sendiri yang otaknya tidak lebih besar dari tempurung kelapa maka apa jadinya dunia ini.
Dunia Islam memiliki kemajuannya sendiri, dengan definisinya sendiri, dan konsepnya sendiri yang terbukti gemilang, membawa manusia menjadi manusia beradab. Wallahu a’lam.
Referensi:
- http://www.white-history.com/hwr41.htm
- Jurnal Islamia
- Lombardi, Ben, �Turkey: Return of the Reluctant Generals�, Political Science Quarterly, Summer 1997, Vol. 112, No. 2.
- New York Times, 26 November 1979
- Dariotis, George J. and Spyropoulos, P. D., American Hellenic Educational Progressive Association (AHEPA) letter to John McLaughlin of the Washington-based McLaughlin Group, 6 January 2000, http://www.ahepa.org.
- Nando Times (Ankara), 22 June 1999; IHRC Press Release, �Protestors Face Death Penalty: IHRC Observer Returns from Landmark Trial in Turkey�, Islamic Human Rights Commission, Wembley, 23 June 1999. See IHRC, Report of IHRC Observer into the legal proceedings against Huda Kaya and the Malatya 75, Islamic Human Rights Commission, Wembley, July 1999
Tags: Al-Andalusi, Andalusia, Armenian Genocide, banguna Indah, Christian Bible pusat seluruh gelap, Christian Holocaust, Gulan Intisar Saatcioglu, Huda Kaya, kemajuan Islam, Khalifah Ustmaniyah, pukul sekularisme, turki sekuler