Archive | December, 2009

How AIPAC Corrupts U.S. Politicians for Israel

29 Dec

By Jim Traficant*

We, the Jewish people, control America, and the Americans know it.” (Statement of former Israeli prime minister, Ariel Sharon Oct. 3, 2001.)

I served in Congress for 17 years (1985-2002). One term I received more votes than any other member. In fact, my vote total exceeded that of several U.S. senators.

The government and media did everything to defeat me. I never raised much money. In fact, the word was “out” that if you contributed to JT’s campaign you’d be audited by the IRS. Over those 17 years I returned more than $2 billion (over normal formula money) to my impoverished district.

When I took office in 1985 (the only Democrat to defeat an incumbent Republican during the Reagan landslide over Mondale), the unemployment rate in my district was over 22%.When I left, it was 6%. I’m proud of that.
Continue reading

GAZA NEED YOUR VOICE

29 Dec

OTORITAS ULAMA DALAM PRESPEKTIF ISLAM

21 Dec

Dr.Ahmad Zain An Najah, MA

Majalah Hidayatullah, Desember 2007. Akhir-akhir ini banyak umat Islam yang sudah berani melecehkan para ulama dan tidak menghormati mereka lagi, ini adalah salah satu tanda akhir zaman…padahal dalam Islam, para ulama mendapatkan kedudukan yang sangat terhormat sekali. Diantaranya adalah apa yang disebutkan Allah swt dalam salah satu firman-Nya :

” Wahai orang-orang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rosul-Nya dan ulil amri di antara kamu ” (QS An Nisa’ : 59 )

Dalam ayat tersebut, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mentaati Allah , Rosul-Nya dan ulil amri. Continue reading

Arti, Sejarah, dan Perkembangan Nasionalisme

21 Dec
Ditulis Oleh DR. Ahmad Zain An-Najah, M.A
Monday, 16 June 2008
Nasionalisme adalah sebuah faham yang membentuk loyalitas berdasarkan kesatuan tanah air, budaya dan suku.

Pengertian ini diperjelas kembali oleh Dr. Ali Nafi di dalam bukunya Ahammiyatul Jihad, beliau menulis: Nasionalisme merupakan bentuk pengkultusan kepada suatu bangsa ( tanah air ) yang diaplikasikan dengan memberikan kecintaan dan kebencian kepada seseorang berdasarkan pengkultusan tersebut, ia berperang dan mengorbankan hartanya demi membela tanah air belaka ( walaupun dalam posisi salah ), yang secara otomatis akan menyebabkan lemahnya loyalitas kepada agama yang dianutnya, bahkan menjadi loyalitas tersebut bisa hilang sama sekali. (Dr. Ali Yafi, Ahammiyatul Jihad, hal. 411)

Lain halnya dengan Prof. Hans Kohn, pakar sejarah terkemuka abad ini, yang menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu paham yang tumbuh dalam masyarakat dan mempunyai empat ciri:

1. Kesetiaan tertinggi individu diserahkan kepada Negara kebangsaan.

2. Dengan perasaan yang mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya.

3. Perasaan yang mendalam dengan tradisi-tradisi setempat, dan

4. Kesetiaan dengan pemerintah yang resmi.

(Gatra, 11 Nopember 1995, hal 76) Continue reading

Jadi Apa kita Dengan Sekularisasi

15 Dec

Penulis: Rifky Ramdhoni

Pippa Norris dan Ronald Inglehart, menulis dalam buku The Secularization Debate, mengenai definisi dari Sekularisasi. “Secularization (or Secularisation) refers to the transformation of a society from close identification with religious values and institutions toward non-religious (or "irreligious") values and secular institutions. Secularisation thesis refers to the belief that as societies progress, particularly through modernization and rationalization, religion loses its authority in all aspects of social life and governance.[1]
Dari definisi di atas dapat lihat bahwa akhirnya sekularisasi adalah kesombongan manusia terhadap Allah. Bahkan bisa menjadi atheis, tidak percaya keberadaan Allah. Agama, dari definisi diatas harus minggir dari seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam bidang pemerintahan. Continue reading

Islam Membawa Kemajuan bukan Kemunduran

14 Dec

Written By: Rifky Ramdhoni

Para orientalis dan munafikin berpropaganda bahwa dengan memegang teguh Islam menghalangi manusia mencapai kemajuan. Paling tidak ada dua sebab mereka berkata demikian.

Pertama adalah mereka ingin menyembunyikan kegemilangan dan kesuksesan peradaban Islam agar menjauhkan Islam dari ummatnya. Padahal mereka mengetahui bahwa Islam akan mengantarkan kepada kejayaan. Dengan jauhnya atau bahkan tercerabutnya Islam dari ummatnya maka akan mencegah ummat mencapai kesuksesan. Maka peradaban barat tetap berkuasa di dunia. Mereka ingin menjadikan ummat islam inferior dengan lupa terhadap sejarahnya sendiri. Padahal Allah sendiri menjanjikan keberuntungan dan kesuksesan bagi orang-orang beriman.

Kedua adalah bahwa mereka mengambil pelajaran dari Dark Ages (masa kegelapan) eropa. Di mana era itu terjadi karena diterapkannya system theocracy –kristen sebagai satu-satunya petunjuk jalan dalam setiap bidang kehidupan. Hal ini menurut mereka menyebabkan kemandekan dalam berbagai bidang kehidupan, budaya, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Christian Bible dianggap sebagai pusat dari seluruh masa kegelapan itu. Dari pengalaman mereka, orang eropa, bahwa agama membawa mereka kepada “gelap”.

Saat eropa banyak mengangap Ilmu pengetahuan dan sebagai sihir, ilmu kedokteran mereka hanya sedikit lebih baik dari tukang jagal, dan buta huruf menjangkiti para raja dan elit eropa, maka di Andalusia sebagai negeri muslim adalah sebaliknya. Tercatat dalam sejarah bahwa saat memasuki jalan-jalan di Andalusia di waktu malam begitu indah terang gemerlap. Bangunan indah seakan menjadi pemandangan di setiap sudut kota. Orang-orang eropa yang menemui kesulitan dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu akan datang ke Andalusia untuk mendapatkan pemecahannya. Semua orang berlomba-lomba untuk tinggal di kota metropolitan ini.Turky dianggap sebagai contoh dari gemerlapnya negara muslim yang modern, berhasil meninggalkan ke-kuno-an. Maksud modern orang-orang barat ini terhadap Turki adalah tumbangnya kekhalifahan Utsami dan menjadikan Turki sebagai negara sekuler. Lalu apa yang terjadi setelah Turki menjadi sekuler? Ben Lombardi dari Directorate of Strategic Analysis in the Department of National Defence, Ottawa, Canada, menggambarkan beberapa implikasi dari filosofi politik Ataturk (laknatullah):

�Ataturk also believed that the transformation of Turkey from an Islamic state into a secular republic was essential to the process of modernization. Authority should not, he asserted, rest on its connection to religious faith. The Caliphate and the Shariah, or Moslem holy law, were therefore abolished; education in public schools was to be strictly secular and focused on the pre-Islamic (pre-Ottoman) Turkish past; outward displays of religious faith were prohibited.�[3]

Sudah tak terhitung jumlah kebrutalan dari rezim jahat Attaturk ini terhadap Islam. Pelarangan adzan, pelarangan jilbab, penangkapan orang-orang berjenggot, pelarangan penggunaan bahasa arab, penyiksaan, pembunuhan dan kejadian bejat lainnya.

Pada October 1998, 75 orang mahasiswa ditangkap setelah berpartisipasi dalam demonstrasi di MalatyaUniversity melawan pelarangan jilbab. 51 orang dituntut hukuman mati, karena dianggap mencoba membuang konstitusi sekuler Negara, dan menuntut 15 tahun penjara bagi 24 orang lainnya.

Gulan Intisar Saatcioglu (16 tahun) adalah salah satu orang yang dituntut hukuman mati. Dia dianggap terlibat karena membacakan puisi berjudul Song of Freedom� dalam demonstrasi tersebut. Dua dari saudara perempuannya dan juga ibunya, seorang journalist bernama Huda Kaya, juga menghadapi hukuman mati.

Akibat dari jatuhnya kekhalifahan di Turki, dan turki menjadi negara sekuler, hal ini juga berakibat bukan hanya kepada muslim tapi juga kafir di Turki.

The New York Times melaporkan bahwa menurut statistic terakhir, populasi Kristen di Turki menyusut 4,500,000 pada awal abad ini menjadi hanya sekitar 150,000. Dari jumlah itu, orang Yunani (Greeks) tidak lebih dari 7,000. Dimana sebelumnya pada tahun 1923 jumlah mereka sekitar 1.2 million.�[4]

Berarti kemana jumlah sebanyak sekitar 4,350,000 orang lainnya? Kemana mereka? Sejarah mencatat bahwa Attaturk melakukan pembersihan etnis. Hanya 5 tahun setelah pembunuhan masal terhadap orang Kristen yang terjadi di sana, meletuslah Armenian Genocide. [5] Hal yang insya Allah tidak akan terjadi di dalam naungan Khilafah Islamiyah. Dimana kaum non-muslim akan mendapatkan perlindungan bagai rumah sendiri dari pemerintahan Khilafah Islamiyah.

Opium, sebagai narkotika, yang dimanapun orang beradab berada maka akan mengatakan bahwa opium adalah berbahaya dan merusak. Saat Thaliban berkuasa di Afghanistan maka opium menjadi terlarang, karena memang demikian kedudukannya dalam Islam. Tapi kini barang terlarang tersebut kita menjadi salah satu penghasilan terbesar dari masyarakat Afghanistan. Dalam Undang-Undang yang diterapkan oleh Afghanistan, adu anjing adalah terlarang, karena memang begitulah kedudukannya dalam Islam, tapi kemudian sekarang penyiksaan binatang ini kembali marak. Begitu juga dengan Pornography, kini marak. Apakah ini yang disebut kemajuan? Umbar aurat, narkotika, penyiksaan binatang? Bukankah ini lebih tepat masa jahiliyah?

Dengan Islam, rakyat tidak ditinggalkan setelah pemimpin terpilih. Tidak seperti dalam sistem sekuler, demokrasi, dimana rakyat hanya menjadi alat penghantar menuju kekuasaan yang kemudian dicampakkan. Dalam islam, negara betul-betul menguasai kekayaan alam untuk dipergunakan demi kepentingangan rakyat. Bukan seperti dalam sistem sekuler yang akhirnya atas nama liberalisasi menjual asset negara dan kekayaan negara sehingga dikuasai pihak asing.

Dunia ini adalah ciptaan Allah SWT, dan Dia lah yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Ketika hukum Allah disingkirkan dan manusia dengan arogannya menggantinya dengan hukum buatan sendiri, hasil karya sendiri, dari kepalanya sendiri yang otaknya tidak lebih besar dari tempurung kelapa maka apa jadinya dunia ini.

Dunia Islam memiliki kemajuannya sendiri, dengan definisinya sendiri, dan konsepnya sendiri yang terbukti gemilang, membawa manusia menjadi manusia beradab. Wallahu a’lam.

Referensi:

  1. http://www.white-history.com/hwr41.htm
  2. Jurnal Islamia
  3. Lombardi, Ben, �Turkey: Return of the Reluctant Generals�, Political Science Quarterly, Summer 1997, Vol. 112, No. 2.
  4. New York Times, 26 November 1979
  5. Dariotis, George J. and Spyropoulos, P. D., American Hellenic Educational Progressive Association (AHEPA) letter to John McLaughlin of the Washington-based McLaughlin Group, 6 January 2000, http://www.ahepa.org.
  6. Nando Times (Ankara), 22 June 1999; IHRC Press Release, �Protestors Face Death Penalty: IHRC Observer Returns from Landmark Trial in Turkey�, Islamic Human Rights Commission, Wembley, 23 June 1999. See IHRC, Report of IHRC Observer into the legal proceedings against Huda Kaya and the Malatya 75, Islamic Human Rights Commission, Wembley, July 1999

“Chemical industries” Abad Pertengahan

11 Dec

Tahukah anda bahwa para scientist muslim begitu berjaya dalam penemuan-penemuan dunia kimia? Berikut ini dapat kita nikmati paparan prestasi dari Dunia Muslim pada abad pertengahan eropa (The Dark Ages). Dimana saat itu Dunia Islam memiliki kekhalifahan. Ini adalah bukti, bahwa islam mengantarkan pada kesuksesan bukan kemunduran. Dan bagi kaum yang berpendapat kehidupan dengan islam akan membawa kemunduran silahkan pergi kelaut untuk ditelan ikan hiu. Selamat menikmati.

Jabir ibn Hayyan (Geber), disebut sebagai “Bapak”nya kimia (the "father of chemistry"), menemukan alembic still dan banyak zat kimia, termasuk distilled alcohol, dan membangun industri parfum

Muhammad ibn Zakariya ar-Razi (Rhazes) mengisolasi banyak substansi kimia, memproduksi banyak ragam obat-obatan, dan menggambarkan banyak laboratory apparatus.

Laboratory setup untuk distilasi uap (steam distillation), ditemukan oleh Avicennadi abad 11 masehi. Sementara kita tahu apa yang sedang terjadi di eropa pada abad ini, yaitu the Dark Ages.

Aqua regia pertamakali di isolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber).

Hydrochloric acid, a mineral acid, pertama kali diisolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber).

Nitric acid, a mineral acid, pertama kali diisolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber).

Sulfuric acid, a mineral acid, pertama kali diisolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber).

Arsenic, sebuah elemen kimia pertama kali diisolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber) di abad 8 masehi

Bentuk awal dari distilasi diketahui berasal dari Babylonians, Yunani dan Mesir sejak jaman kuno , tapi muslimlah yang pertama kali menemukan proses distilasi murni yang mampu secara utuh memurnikan substansi kimia. Dunia Islam juga yang pertama kali membangun beberapa variasi distilasi (seperti dry distillation, destructive distillation dan steam distillation) serta distillation aparatus baru (seperti alembic, still, dan retort), juga menemukan ragam jenis proses kimia. Muslim pula yang menemukan lebih dari 9,000 chemical substances.[1]

Will Durant memaparkan dalam bukunya The Story of Civilization IV: The Age of Faith:

"Chemistry sebagai ilmu pengetahuan hampir-hampir seluruhnya diciptakan oleh Dunia Islam; karena dalam bidang ini, di mana orang-orang Yunani (sejauh yang kita ketahui) yang terbatas pada pengalaman industri dan hipotesis yang samar-samar, orang-orang Saracen memperkenalkan observasi yang tepat, eksperimen terkontrol, dan catatan yang cermat.

Mereka-Muslim, menciptakan dan menamai alembic (al-anbiq), zat-zat kimia yang tak terhitung banyaknya dianalisis, mengkomposisi lapidaries, membedakan alkali dan asam, diselidiki kesamaan alkali dan acid, belajar dan diproduksi ratusan obat-obatan. Alchemy, yang diwarisi umat Islam dari Mesir, berkontribusi dengan seribu penemuan insidental, dan dengan oleh metode, yang mana adalah paling ilmiah di abad pertengahan dari semua operasi [2]

Robert Briffault menuliskan dalam bukunya The Making of Humanity:

“Kimia, dasar-dasar yang muncul dalam proses-proses yang digunakan oleh metallurgists serta pembuat perhiasan dari bangsa Mesir yaitu menggabungkan logam ke dalam berbagai paduan dan menyepuhnya menyerupai emas, proses nya dalam jangka waktu yang lama menjadi rahasia dan monopoli dari para biarawan, namun kemudian berkembang di tangan orang-orang Arab dan menjadi meluas,semangat penelitian yang terorganisir membawa mereka ke penemuan penyulingan, sublimasi, filtrasi, penemuan alkohol, nitrat dan asam sulfat (satu-satunya asam yang diketahui orang dahulu itu cuka ), alkali, garam merkuri, antimon dan bismut, serta meletakkan dasar dari semua penelitian kimia dan fisika dikemudian hari.” [3]

Chemical processes

The following chemical processes were invented by Muslim chemists:

Acids

Elements

  • Arsenic: pertamakali di isolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber) di abad 8 Masehi.[11]
  • Antimony: pertamakali di isolasi oleh Jabir ibn Hayyan (Geber).[8][11]

Referensi:

  1. S. Hadzovic (1997). "Pharmacy and the great contribution of Arab-Islamic science to its development", Med Arh. 51 (1-2), p. 47-50.
  1. Will Durant (1980). The Age of Faith (The Story of Civilization, Volume 4), p. 162-186. Simon & Schuster. ISBN 0671012002.
  1. Robert Briffault (1938). The Making of Humanity, p. 195.
  1. ^ Diane Boulanger (2002), "The Islamic Contribution to Science, Mathematics and Technology: Towards Motivating the Muslim Child", OISE Papers in STSE Education, Vol. 3.
  2. ^ a b c d e f g h i Paul Vallely, How Islamic Inventors Changed the World, The Independent, 11 March 2006.
  3. ^ a b c Marlene Ericksen (2000), Healing with Aromatherapy, p. 9, McGraw-Hill Professional, ISBN 0658003828
  4. ^ Eser Eke Bayramoglu, Gürbüz Gulumser, İsmail Karaboz (2008), "The Investigation of Antibacterial Activities of Some Essential Oils in Wet Blue Leather", International Journal of Natural and Engineering Sciences 2 (1): 33-36 [33]
  5. ^ a b c d e f g h i j Hassan, Ahmad Y. "Transfer Of Islamic Technology To The West, Part III: Technology Transfer in the Chemical Industries". History of Science and Technology in Islam. http://www.history-science-technology.com/Articles/articles%2072.htm. Retrieved 2008-03-29.
  6. ^ Ahmad Y Hassan, The Colouring of Gemstones, The Purifying and Making of Pearls, And Other Useful Recipes
  7. ^ a b c d e George Rafael, A is for Arabs, Salon.com, January 8, 2002.
  8. ^ a b c Sarton, George, Introduction to the History of Science (cf. Dr. A. Zahoor and Dr. Z. Haq (1997), Quotations From Famous Historians of Science)
  9. Derewenda, Zygmunt S. (2007), "On wine, chirality and crystallography", Acta Crystallographica Section A: Foundations of Crystallography 64: 246–258 [247]
  10. ^ Olga Pikovskaya, Repaying the West’s Debt to Islam, BusinessWeek, March 29, 2005
  11. ^ a b c d e f g h i Ahmad Y Hassan, Transfer Of Islamic Technology To The West, Part II: Transmission Of Islamic Engineering, History of Science and Technology in Islam
  12. ^ Khairallah, Amin A. (1946), Outline of Arabic Contributions to Medicine, chapter 10, Beirut

Disusun oleh: Rifky Ramdhoni